WASPADA ANCAMAN LEPTOSPIROSIS
WASPADA ANCAMAN LEPTOSPIROSIS
Leptospirosis adalah penyakit bakteri dari genus Leptospira yang menyerang manusia dan hewan. Berbagai gejala dapat muncul pada manusia, namun beberapa di antaranya bisa jadi disalahartikan sebagai sebagai penyakit lain. Beberapa orang yang terinfeksi bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali (CDC, 2019).
Penularan leptospirosis ke manusia paling sering dilakukan oleh hewan pengerat. Infeksi pada manusia masuk melalui lecet/luka kulit, mukosa hidung, mulut dan mata. Umumnya, transmisi penularan terjadi melalui air yang terkontaminasi urin dari hewan yang terinfeksi. Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi (WHO, 2009). Leptospirosis dapat ditularkan dari manusia ke manusia melalui hubungan seksual, secara transplasenta dari ibu ke janin dan melalui ASI ke anak. Urin pasien yang menderita leptospirosis harus dianggap dapat menularkan penyakit tersebut (WHO, 2003).
Bila tidak diobati, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan ginjal, meningitis (radang selaput di sekitar otak dan sumsum tulang belakang), kerusakan hati, gangguan pernapasan, bahkan kematian (CDC, 2019). Pada wanita hamil, leptospirosis dapat menyebabkan kematian janin, aborsi, lahir mati atau kongenital leptospirosis, tetapi hanya sedikit kasus seperti itu yang dilaporkan (WHO, 2003). Anak-anak sangat rentan terhadap penyakit ini. Sebanyak 5 sampai 30 % orang yang terinfeksi leptospirosis berakhir dengan kematian (WHO, 2009).
Gejala leptospirosis pada manusia antara lain: demam tinggi, sakit kepala, panas dingin, nyeri otot, muntah, penyakit kuning (kulit dan mata kuning), mata merah, sakit perut, diare, ruam (CDC, 2019). Gejala tersebut mirip penyakit infeksi lain, seperti demam dengue, malaria dan penyakit demam akut (acute febrile illness mulai sindrom flu sampai penyakit Weil yang sering menyebabkan kematian (Handayani dkk., 2019). Masa inkubasi biasanya 5-14 hari, berkisar antara 2 – 30 hari (WHO, 2003).
Berdasarkan data surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen, bahwa tahun 2017 terdapat 87 kasus, tahun 2018 ada 9 kasus, tahun 2019 sebanyak 2 kasus, dan tahun 2020 tidak ada kasus leptospirosis. Namun, dari Januari hingga April 2021 sudah ada ledakan 19 kasus di Kabupaten Kebumen. Bahkan, sebanyak 7 kasus berakhir dengan kematian. Sehingga CFR (Case Fatality Rate) selama periode tersebut sebesar 36,84 %. Penderita kasus leptospirosis tersebut selama lima tahun pada usia produktif yaitu petani di sawah dan belum ada kasus anak-anak. Hal ini menjadikan perhatian kita untuk bersama-sama menanggulanginya.
Pencegahan leptospirosis sesuai anjuran Kementerian Kesehatan (2020) dapat dilakukan dengan beberapa hal, antara lain:
a. Berperilaku hidup bersih dan sehat, yaitu menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
b. Menyimpan makanan dan minuman dengan baik.
c. Mencuci tangan dan kaki serta sebagian tubuh lainnya dengan sabun.
d. Memakai sepatu dari karet dengan ukuran tinggi, dan sarung tangan karet bagi kelompok kerja yang berisiko tinggi tertular leptospirosis.
e. Membasmi tikus di rumah atau di kantor.
f. Membersihkan dengan desinfektan bagian-bagian rumah, kantor, atau gedung.
DAFTAR PUSTAKA
World Health Organization. (2003). Human Leptospirosis: Guidance for Diagnosis, Surveillance, and Control <https://apps.who.int/iris/handle/10665/42667> diakses tanggal 28 April 2021
World Health Organization. (2009). Leptospirosis <https://www.who.int/zoonoses/diseases/Lerg_brochure.pdf?ua=1> diakses tanggal 28 April 2021
Centers for Disease Control and Prevention. (2019). Leptospirosis <https://www.cdc.gov/leptospirosis/index.html> diakses tanggal 27 April 2021.
Handayani, Farida Dwi, dkk. (2019). Diagnosis Laboratoris Leptospirosis. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (LPB) <http://repository.litbang.kemkes.go.id/3873/> diakses tanggal 28 April 2021.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Waspada Leptospirosis saat Banjir, Lakukan 6 Hal ini untuk Menghindarinya <https://www.kemkes.go.id/article/view/20010300003/waspada-leptospirosis-saat-banjir-lakukan-6-hal-ini-untuk-menghindarinya.html> diakses tanggal 28 April 2021